Di
sebuah lembah yang hijau, hiduplah sekelompok binatang. Mereka hidup tentram
dan damai. Lembah yang subur itu membuat penghuninya merasa nyaman dan hidup
bahagia. Mereka bisa mendapatkan makanan dengan mudah. Tumbuhan hijau, padang
rumput yang terhampar dan danau yang jernih menjadi sumber kehidupan mereka.
Lihatlah,
Cici kelinci sedang berlari-lari dengan adik-adiknya di sela-sela daun wortel
yang tumbuh subur. Mereka selesai menyantap makan siang mereka. Sekarang mereka
tengah asyik bermain sambil menunggu petang tiba. Sementara itu, di tepi danau,
tampak Koko kodok sedang asyik menangkap serangga di balik rerumputan.
Agak
jauh di tempat yang lebih tinggi, Mbeki kambing dan teman-temannya sedang
melahap daun mangkokan. Di dekat mereka tampak Jeri sedang berjalan perlahan
sambil melihat-lihat suasana. Jeri adalah seekor jerapah yang baik hati.
Teman-teman telah mengangkat Jeri sebagai penjaga lembah. Kenapa bisa begitu,
ada ceritanya…
Dulu,
Cici sempat memusuhi Jeri. Cici menganggap Jeri adalah binatang yang sombong.
Dia tidak pernah bermain dengan binatang-binatang di lembah itu. Cici berusaha
mempengaruhi teman-temannya untuk menjauhi Jeri. Jeri yang pendiam bingung
dengan sikap mereka yang menjauhinya. Selama ini Jeri sebenarnya ingin bermain
dengan teman-teman kecilnya. Jeri hanya tidak tahu bagaimana caranya. Tubuhnya
yang menjulang tinggi sedikit menyulitkan untuk bisa bercengkerama dengan
teman-temannya. Akhirnya dia memang hanya bisa berbincang dengan teman-teman
jerapahnya saja.
Pada
suatu hari Cici melihat Jeri berjalan agak cepat ke arah rumpun wortel tempat
dia dan adik-adiknya bermain. Cici yang membenci Jeri langsung mempunyi niat
jahat. Dia ingin mencelakakan Jeri. Cici tahu, Jeri selalu berjalan dengan kepala
tegak dan sering tidak memperhatikan jalanan. Cici cepat-cepat mengumpulkan
duri-duri bunga mawar dan memasangnya di jalanan yang akan dilalui Jeri. Cici
sengaja bersembunyi, menunggu dengan harap-harap cemas saat-saat Jeri menginjak
duri itu.
Benar
saja, tak lama kemudian terdengar Jeri mengaduh.
“Aduh,
kakiku sakit!” teriaknya.
“Hahaha…
rasakan, Jeri… makanya kalau jalan lihat-lihat ke bawah!” Cici keluar dari
persembunyiannya.
“Oh,
Cici, cepat panggil adik-adikmu ke sini,” kata Jeri dengan gugup dan kaget
karena kemunculan Cici yang tiba-tiba.
“Untuk
apa? Kau mau mengadukan perbuatanku? Mereka pasti akan membelaku, Jeri!” balas
Cici dengan lantang.
Jeri
menundukkan lehernya, mendekat ke arah Cici. Dia tidak mempedulikan sakit di
kakinya.
“Ayo,
naiklah ke leherku, aku datang ke sini untuk memperingatkanmu dan adik-adikmu,
di kaki lembah ada seekor harimau yang sedang menuju ke sini,” jawab Jeri
dengan cepat.
Cici
langsung pucat. Tapi dia masih ragu dengan kata-kata Jeri. Dia hanya berdiam
diri.
“Cici,
cepat panggil adik-adikmu” Jeri mulai gelisah.
Saat
itulah Cici melihat Mbeki kambing berlari ketakutan menuju tempat
persembunyian. Dia baru sadar kalau Jeri tidak berbohong. Cici langsung
berteriak memanggil saudara-saudaranya yang masih asyik mengunyah wortel.
Adik-adik
Cici langsung berdatangan. Mereka pun mengikuti perintah Cici untuk naik ke
leher Jeri. Tepat disaat semua kelinci naik ke leher Jeri dan Jeri menaikkan
kembali lehernya, seekor harimau muncul. Harimau itu berjalan menuju rumpun
wortel. Dia memang mengincar kelinci-kelinci yang segar, dia sudah mencium
baunya dari kejauhan. Tapi dia kecewa karena tidak menemui buruannya. Yang dia
temui justru jerapah yang menatap tajam ke arahnya. Dia kaget saat melihat
kelinci-kelinci buruannya bertengger di leher jerapah.
Tanpa
berkata-kata, harimau itu membalikkan badannya lalu berjalan dengan gontai
menuruni lembah. Dia berkata dalam hati, tidak akan datang lagi ke lembah itu.
Bagaimana aku bisa melahap kelinci-kelinci itu kalau mereka tinggi sekali dan
tak bisa dijangkau? Begitu pikirnya.
Cici
dan adik-adiknya mengucapkan terima kasih pada Jeri yang telah menyelamatkan
mereka. Mereka juga minta maaf telah salah menilai. Jeri ternyata tidak
sombong. Dia hanya pendiam dan belum tahu cara bermain dengan teman-teman
kecilnya. Cici segera mengobati luka di kaki Jeri dengan ramuan daun-daunan
yang dikunyahnya. Dia menyesal telah berbuat jahat pada Jeri yang baik hati.
Sejak
itu Cici mengajak teman-temannya untuk bermain dengan Jeri. Tidak hanya Cici,
Koko kodok juga senang bertengger di leher Jeri. Sekarang mereka bisa melihat
dunia di luar lembah. Semua penghuni lembah juga sepakat menjadikan Jeri
sebagai penjaga lembah, karena Jeri adalah binatang yang pertama melihat jika
ada musuh yang datang.
Sejak
itulah kehidupan di lembah kembali tenang. Tak ada lagi prasangka buruk
terhadap teman. Semua bersatu dan hidup dalam kebersamaan.
*****
Pernah dimuat Majalah Mombi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar