Selasa, 02 April 2013

ANDAI AKU JADI WANDA HAMIDAH


Kuhempaskan tubuh ke sofa. Lelah. Hanya kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi fisik dan mentalku saat ini. Gara-gara terseret kasus Raffi, duniaku semakin rumit saja rasanya. Hampir setiap saat, aku dikejar-kejar wartawan infotainment. Belum lagi undangan secara resmi untuk wawancara di berbagai stasiun TV. Semua berlomba ingin mendapat berita paling aktual dan paling sensasional dariku.
Di sisi lain, tugas-tugasku sebagai wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta tentu membutuhkan totalitas dan profesionalisme yang tidak main-main. Belum lagi berbagai aktivitas sosial yang memang sudah jadi passionku sejak jaman kuliah. Jangan lupa, statusku sebagai seleb juga selalu menuntutku untuk selalu tampil prima, sempurna! Huufff…
“Mbak, tolong air putih dingin, ya!” teriakku pada pengasuh anakku.
“Ya, Bu,” jawab si mbak singkat dari ruang makan.
Sepi sekali rumah ini, akhir pekan adalah jadwal anak-anak menginap di rumah bapaknya. Sekejap, wajah Chiko, mantan suamiku melintas. Tapi buru-buru aku tepis bayangan itu. Khawatir keterusan membayangkan masa yang sudah berlalu.
Iseng, aku raih remote tv di depanku.
“Foto-foto mesra Wanda Hamidah dan Raffi Ahmad beredar di jejaring sosial… “
Suara presenter terdengar bagai suara lebah yang membuat telinga berdenging dan kepala pusing. Sempat aku melihat tayangan fotoku dan Raffi saat aku menjenguk ke BNN bertepatan dengan ulang tahun Raffi ke-26.
Aaargh! Apa pula ini! Refleks, aku matikan TV. Kenapa bisa pas acara infotainment sialan ini? Rutukku kesal. Aku habiskan segelas air dingin. Semoga bisa mendinginkan kepalaku juga, batinku. Perlahan aku lepas sepatuku. Aku rebahkan kepala ke bantal sofa. Mencoba menenangkan diri. Tapi kenapa aku penasaran dengan kelanjutan berita tadi, ya? Tahu sendirilah, media paling bisa membuat berita biasa jadi luar biasa. Hiperbola.
Klik. Aku pencet lagi remote TV.
“Wanda nggak ada hubungan apa-apa sama Raffi, tolong jangan dibesar-besarkanlah…” Om-ku tampak sedang memberi keterangan pada wartawan.
Lalu, petikan wawancara ayahku dengan wartawan beberapa waktu lalu. Ayah juga punya pernyataan senada. Tegas menyatakan kalau aku memang tidak ada hubungan spesial dengan Raffi. Dan terakhir, tayangan aku saat diwawancara di Polda Metro Jaya.
“Nggak ada hubungan asmara, jangan dipaksakan, dong!” Aku melihat diriku tertawa. Ya, tertawa. Wajahku juga tetap terlihat cerah dan sumringah. Orang-orang memang selalu menilaiku sebagai pribadi yang hangat dan ramah. Sebelum aku mengganti channel TV aku masih menatap senyum sumringah itu.
Klik. Channel berganti. Acara musik.
“Buka saja toopengmuuu… Buka saja tooopengmuuu…”
Tiba-tiba jeritan Ariel seolah menamparku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar