ALL
ABOUT CHILDHOOD
Bersahabat dengan Alam
Bersahabat dengan Alam
Erawati
Heru Wardhani
Saya menghabiskan masa kecil di sebuah desa kecil di Jawa
Tengah. Desa agraris di mana sawah dan ladang masih luas membentang.
Sungai-sungai mengalir dengan air yang masih bersih dan segar. Karena masih
banyak sekali pepohonan, desa tempat saya tinggal terasa sejuk dan damai. Di mana-mana terlihat warna
hijau dedaunan. Sungguh menyejukkan mata dan hati.
Sebagai anak desa, saya banyak menghabiskan waktu di
alam. Meski kedua orang tua saya pendidik, tetapi saya bisa merasakan kehidupan
sebagai petani karena hampir setiap hari saya bermain dengan anak-anak petani.
Mereka yang hidup dari alam dan untuk alam.
Pulang sekolah, saya kadang bermain dengan teman yang
orang tuanya memiliki kebun. Dengan senang hati saya ikut membantu mencabut
singkong atau ubi, memetik buah dan sayur termasuk juga membantu menyiram
tanaman di kebun. Saya sangat menikmati saat-saat tubuh mungil kami tidak kuat
mencabut singkong sehingga tubuh kami terpental. Kami justru tertawa-tawa. Atau
saat kami menyiram tanaman sambil saling mengguyur tubuh kami. Bagi saya
kegiatan itu bukan bekerja tetapi bermain. Bermain di kebun sungguh
menyenangkan.
Sore harinya, saya dan teman-teman bermain di sawah. Ada
saja permainan kami. Saat kemarau tiba, kami biasa bermain layang-layang di
pematang sawah. Saya sangat akrab dengan segarnya bau rerumputan di pematang
sawah, juga aroma lumpur sawah. Bahkan sangat berbiasa ketika kaki kecil saya
tergores daun padi. Tidak jarang saya juga ikut nyemplung ke sawah untuk berburu keong. Tubuh belepotan lumpur justru membuat kami senang.
Sebagian besar masyarakat desa saya, terutama yang sehari-hari
bekerja sebagai petani, hidup dengan sederhana. Mereka akan memanfaatkan apa
saja yang ada di alam untuk kehidupan mereka. Mencari keong dan belut di sawah,
mencari ikan di sungai, memetik buah dan sayuran di kebun. Itulah yang mereka
konsumsi setiap harinya. Alam memang sudah menyediakan semuanya, tinggal
manusianya yang harus berusaha mengolah dan merawatnya.
Yang masih saya ingat sampai sekarang, adalah bagaimana
mereka selalu menjaga kelestarian alam. Masyarakat mengambil apa
saja yang ada di alam secukupnya saja. Secara kultural sebagai penganut budaya
agraris, sebagian masyarakat desa juga masih percaya dengan kekuatan alam.
Mereka pantang merusak alam. Mereka sangat peduli dengan kelangsungan hidup alam. Para petani itu selalu memperbaharui tanamannya usai
panen. Mengolah dan merawat sawah serta kebun dengan telaten. Alam telah
menjadi sahabat sekaligus sumber kehidupan mereka.
Budaya masyarakat agraris yang masih saya ingat sampai
sekarang adalah ritual ‘sedekah bumi’ di desa saya. Saat kecil saya belum tahu
apa makna ‘sedekah bumi’. Yang saya tahu waktu itu semua warga berkumpul di
balai desa sambil membawa masakan atau tumpeng dari rumah masing-masing. Acara
biasanya diawali dengan sambutan dari kepala desa. Selanjutnya, seorang pemuka
agama atau ustadz akan memimpin doa. Terakhir semua warga makan bersama. Semua
berlangsung meriah dan hangat.
Setelah besar saya baru tahu makna diadakannya ‘sedekah
bumi’ yang diadakan setahun sekali. Selain sebagai tanda syukur akan hasil
panen, yang terutama adalah doa bersama demi keselamatan bumi agar tetap aman
dari segala bencana. Agar alam tetap bersahabat, tetap memberi kehidupan bagi
seluruh warga desa.
Saat ini, setelah dewasa dan tinggal di Jakarta, saya
sering merindukan suasana saat saya kecil dulu. Rindu dengan hijaunya alam,
udara yang bersih dan segar, air sungai yang masih murni. Tapi
kerinduan itu hanya tinggal kerinduan. Apa daya polusi udara dan air saat ini
semakin parah.
Polusi itu terutama disebabkan oleh asap kendaraan
bermotor. Bagaimana tidak, setiap hari saya dan suami yang biasa memakai motor
harus menghirup udara yang sudah tercemar timbal dari bahan bakar kendaraan
bermotor.
Tapi untunglah, Pertamina terus berinovasi untuk
menyempurnakan produk yang sudah ada. Sehingga terciptalah @PertamaxIND bahan
bakar bebas timbal yang tentu saja bersahabat dengan lingkungan. Penggunaan
@PertamaxIND terbukti bisa mengurangi emisi gas buang kendaraan. Jadi jelaslah,
@PertamaxIND telah berkontribusi memecahkan solusi terhadap kualitas udara yang
buruk.
Saya seperti menemukan kesamaan antara @PertamaxIND
dengan kearifan lokal para petani di desa saya.
a.
Para
petani sangat bersahabat dengan alam. Hal itu juga yang dilakukan oleh
@PertamaxIND. Bahan bakar @PertamaxIND tidak mengandung timbal yang sangat
berbahaya bagi manusia. @Pertamax juga memiliki nilai oktan yang tinggi sehingga
menghasilkan pembakaran yang sempurna. Pembakaran yang sempurna akan membuat kinerja
mesin menjadi optimal dan gas emisi yang dibuang tidak membahayakan seperti
yang terjadi pada pembakaran tidak sempurna. Pada pembakaran sempurna, senyawa
hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air.
Sebaliknya pada pembakaran yang tidak sempurna akan menghasilkan karbon monoksida
yang bersifat racun sehingga bisa mencemari udara.
b.
Para
petani begitu telaten merawat alam. Seperti halnya @PertamaxIND merawat mesin
kendaran bermotor. @PertamaxIND terbukti mampu membersihkan deposit pada fuel injector, intake valve, dan ruang
bakar sehingga performa mesin bisa lebih optimal. @PertamaxIND juga bisa
melarutkan tangki air di dalam mobil sehingga tangki bahan bakar terhindari
dari korosi dan karat.
c.
Filosofi
para petani di desa saya, yang kehidupannya sangat tergantung pada alam, adalah
dari alam untuk alam. Begitu juga yang dilakukan oleh @PertamaxIND.
@PertamaxIND dibuat dari pengolahan minyak bumi yang ditambah dengan zat aditif
saat proses pembuatannya di kilang minyak. Hasil alam yang diolah untuk
dimanfaatkan manusia tanpa harus merusak alam.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki @PertamaxIND
rasanya tidak ada alasan untuk tidak memakai bahan bakar @Pertamax. Saya dan suami sudah lama menggunakan bahan bakar
@PertamaxIND untuk kendaraan kami. Kami mulai dari diri sendiri dan menyarankan
kepada saudara, teman serta siapa saja yang peduli dengan lingkungan hidup. Semakin
banyak pengguna @PertamaxIND, semakin berkurang polusi udara yang disebabkan
emisi kendaraan bermotor. Jika ini terjadi, tidak mustahil, saya bisa menemukan
kembali udara yang bersih dan segar seperti suasana puluhan tahun lalu, ketika
saya masih kecil.
*****
Tulisan ini saya ikutkan dalam Blog Competition #apaidemu yang diadakan @PertamaxIND